Saat matahari menyembunyikan wajahnya, saat itu pula ketakutan dalam kesendirian merangkul
Terasa asing, terasa sunyi, atau bahkan terasa setengah mati
Hanya bisa membisu, termenung menanti surya
Kepekatan sepi semakin menusuk syaraf
Sungguh menggangguku...
Rasakanlah, jantung ini masih berdegup, nadi ini masih berdetak
Aku masih hidup dalam kefanaan
Tak pelak dengan ketidakpastian,
Kaki ini mulai melangkah, kubiarkan tulang bebas menggerakkan tubuh
Hati ini tidak menginginkan manusia setengah mati
Disana masih ada teman, aku telah melupakan kehadiranNya
Tak tampak tapi selalu disisi,
Astaghfirullah...bagaimana aku bisa membiarkan kebodohan ini menerkam sebagian usiaku?
Aku masih memilikiNya, kubiarkan mata hati mencari cahaya
Kuingin kembali menstimulasi dendrit yang telah lama mati
menyambungkan Dia dengan ruhku
Kubiarkan tasbih mengalir dalam setiap hela nafas dan aliran darah
Rasakan energi cintaNya disetiap instrumen tubuh
Saat itu pula keindahan bersyukur kembali mengurai senyum dan tangisan bahagia
Aku milikMu...ya, aku bersyukur telah kembali padaMu
Maaf aku lalai, aku telah membiarkan kesepian memakan usia dalam kesia-siaan
Kini aku tidak akan takut ketika malam menyentuh retinaku
Karena disaat itulah aku bisa berbincang denganMu dengan lepas
Mendekatkan hati, hanya demi sesutu yang tidak ternilai hingga akhir kehidupan
Terima kasih telah mengembalikan cahaya malam...Rabbi ku
*‘Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingar Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati kita menjadi tenteram.’ (QS. ar-Ra’d : 28).